Testimoni Wulandari, S.Pd.I: Transformasi Peran Sebagai Pendidik di RA Islamic Centre Karawaci
Nama saya Wulandari, S.Pd.I, dan saya mengajar di RA Islamic Centre Karawaci. Sebagai pendidik di jenjang PAUD/TK, saya selalu merasa penting untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan agar dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik, kreatif, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengikuti webinar tentang pengembangan kecerdasan emosional pada anak usia dini. Materi yang disampaikan sangat relevan dengan tugas saya sebagai pendidik.
Setelah mengikuti diklat tersebut, saya menjadi lebih peka terhadap pentingnya membantu anak mengenali dan mengelola emosinya sejak dini. Dalam praktiknya, saya mulai menerapkan teknik sederhana di kelas, seperti sesi ‘perasaan hari ini’ sebelum memulai pembelajaran. Anak-anak diminta memilih gambar ekspresi—senang, sedih, marah, takut, dan lainnya—serta menceritakan sedikit tentang perasaan mereka. Meskipun awalnya tidak semua anak bisa mengungkapkan perasaannya dengan lancar, seiring berjalannya waktu, mereka mulai terbiasa dan lebih terbuka.
Salah satu momen yang paling menyentuh bagi saya adalah ketika seorang anak yang biasanya pendiam akhirnya berani berkata, “Aku sedih karena tadi pagi mamaku pergi kerja.” Saat itu, saya menyadari betapa pentingnya memberikan ruang bagi anak untuk mengenali dan mengekspresikan emosinya. Ilmu yang saya peroleh dari diklat ini benar-benar membuka mata saya bahwa kecerdasan emosional adalah fondasi yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
Momen berkesan lainnya selama diklat adalah ketika kami melakukan simulasi sederhana tentang mengenali emosi anak melalui cerita bergambar. Kami diminta untuk menebak perasaan tokoh dalam cerita, lalu mendiskusikan cara merespons emosi tersebut dengan pendekatan yang empatik. Pengalaman tersebut mengingatkan saya pada beberapa anak di kelas yang kadang menunjukkan perilaku sulit dipahami. Ternyata, itu bisa jadi karena mereka belum tahu bagaimana mengungkapkan perasaan mereka.
Dari diklat ini, saya belajar untuk lebih sabar, lebih mendengarkan, dan lebih empatik terhadap perasaan anak-anak. Saya kini memiliki strategi konkret untuk membimbing mereka mengenali, menyebutkan, dan mengelola perasaan dengan cara yang sehat.
Secara pribadi, kegiatan ini juga mengubah cara pandang saya terhadap peran guru. Saya menyadari bahwa saya bukan hanya sebagai pendidik yang mengajarkan huruf dan angka, tetapi juga sebagai sosok dewasa yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter dan kecerdasan emosional anak sejak dini. Ini menjadikan saya semakin bersemangat untuk terus belajar dan berkembang, serta berkomitmen memberikan yang terbaik bagi siswa-siswa saya.
Leave a Comment