Sebagai guru, saya percaya bahwa salah satu tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkan kemandirian belajar pada siswa. Dengan kemandirian, mereka tidak hanya mampu memahami materi, tetapi juga memiliki inisiatif untuk mencari pengetahuan baru secara mandiri. Inilah alasan saya mengikuti Diklat Nasional 40JP bertema “Strategi Efektif Merancang Pembelajaran yang Menyenangkan Berbasis Deep Learning” bersama Sofiyatun, S.Pd.I.
Topik utama yang saya pelajari adalah deep learning—sebuah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir kritis, memahami konsep secara mendalam, dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Deep learning bukan hanya metode, tetapi juga filosofi yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses belajar.
Salah satu fokus saya setelah mengikuti diklat ini adalah membiasakan anak untuk belajar mandiri. Saya menyadari bahwa kebiasaan ini tidak bisa terbentuk secara instan, melainkan perlu dibangun secara konsisten melalui kegiatan yang mendorong rasa ingin tahu dan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri. Misalnya, memberi mereka proyek penelitian kecil, tugas eksplorasi materi, atau diskusi yang dipandu dengan pertanyaan terbuka.
Alhamdulillah, meski baru mulai diterapkan, saya sudah melihat tanda-tanda positif. Siswa mulai berani mengambil inisiatif, mencari referensi tambahan, dan mencoba menyelesaikan masalah tanpa harus selalu menunggu arahan guru. Mereka juga tampak lebih percaya diri dalam mempresentasikan hasil kerja mereka di depan teman-temannya.
Pengalaman mengikuti diklat ini memberi saya pemahaman bahwa membentuk siswa mandiri membutuhkan kombinasi strategi yang tepat, kesabaran, dan dorongan yang berkelanjutan. Dengan menerapkan prinsip deep learning, saya yakin proses belajar di kelas akan semakin bermakna dan membekas dalam diri siswa.
Bagi saya, ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga sebuah langkah penting untuk mempersiapkan generasi yang mampu belajar sepanjang hayat.
Leave a Comment