Testimoni Aang Abdullah, S.Pd., MA: Membangun Kecerdasan Emosional di Kelas
Nama saya Aang Abdullah, S.Pd., MA, dan saya mengajar di Ma’arif Kadugede. Dalam peran saya sebagai pendidik, saya selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang saya berikan kepada siswa. Salah satu fokus utama saya adalah mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Untuk itu, saya memutuskan untuk mengikuti diklat yang membahas tema ini secara mendalam.
Setelah mengikuti diklat tentang pengembangan kecerdasan emosional, saya merasa mendapatkan banyak wawasan baru. Materi yang disampaikan oleh narasumber sangat mudah dipahami dan tidak membosankan, sehingga membuat saya semakin bersemangat untuk menerapkan apa yang saya pelajari. Saya belajar banyak tentang pentingnya empati, pengelolaan emosi, dan kesadaran diri dalam proses belajar.
Pengalaman pertama saya menerapkan ilmu dari diklat tersebut terjadi di kelas XI saat mengajar mata pelajaran PJOK. Saya memulai pelajaran dengan kegiatan “Check-in Emosi”, di mana saya meminta siswa untuk memilih satu kata yang menggambarkan perasaan mereka hari itu dan menuliskannya secara anonim. Hasilnya cukup mengejutkan; banyak siswa yang menuliskan kata-kata seperti “lelah,” “cemas,” bahkan “kesepian.”
Setelah melihat hasil tersebut, saya tidak langsung membahas satu per satu, tetapi memilih untuk menyampaikan kepada seluruh kelas bahwa perasaan mereka valid dan penting. Saya bertekad untuk menciptakan ruang belajar yang saling mendukung. Kemudian, saya membagi mereka dalam kelompok kecil untuk berdiskusi dan berlatih mendengarkan secara aktif. Selama diskusi, saya melihat siswa menjadi lebih terbuka dan saling menghargai.
Yang paling mengesankan adalah ketika seorang siswa yang biasanya pendiam mulai berbicara dan membagikan pendapatnya. Seusai pelajaran, dia mendekati saya dan mengatakan bahwa ia merasa “aman” untuk berbicara di kelas. Saat itu, saya benar-benar merasakan dampak nyata dari penerapan kecerdasan emosional.
Tentu saja, tidak semua berjalan sempurna. Ada tantangan, seperti waktu yang terbatas dan beberapa siswa yang masih enggan terbuka. Namun, pengalaman ini membuka mata saya bahwa pembelajaran yang efektif tidak hanya tentang materi, tetapi juga tentang suasana batin dan hubungan antarpersonal di kelas.
Secara keseluruhan, mengikuti diklat ini memberikan saya banyak inspirasi dan semangat untuk menjadi pendidik yang lebih baik. Saya bertekad untuk terus membangun empati yang mendalam dan keluwesan dalam mengelola dinamika kelas. Dengan demikian, saya berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif bagi semua siswa saya.
Leave a Comment