Testimoni DR. Wiwin Winarni M.M.Pd: Membangun Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran
Saya, DR. Wiwin Winarni M.M.Pd, dari BKPSDM Kabupaten Sukabumi, ingin berbagi pengalaman berharga mengenai pentingnya kecerdasan emosional dalam dunia pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional di lingkungan belajar, saya berfokus pada dua aspek penting: mengelola emosi diri sendiri dan memahami orang lain. Saya percaya bahwa kemampuan ini adalah kunci sukses dalam belajar, terutama saat kita memasuki tahun ajaran baru.
Melalui pelatihan yang saya ikuti, saya mendapatkan kunci sukses yang relevan untuk diterapkan dalam pengajaran saya. Salah satunya adalah memperbaiki keterampilan interaksi sosial, yang memungkinkan saya untuk berkomunikasi dan berelasi dengan siswa dan rekan kerja dengan lebih baik. Mempersiapkan diri menghadapi tahun ajaran baru dengan bekal kemampuan emosional yang lebih baik adalah langkah penting dalam membangun iklim belajar yang positif.
Salah satu metode yang saya terapkan di kelas adalah sesi singkat yang saya sebut “Cek Emosi Pagi Ini”. Dalam sesi ini, saya meminta setiap siswa untuk secara singkat mengungkapkan satu kata atau frasa yang menggambarkan perasaan mereka saat itu. Saya terkejut melihat keragaman emosi yang muncul; ada siswa yang mengatakan “semangat”, “nervous”, “senang”, bahkan ada yang jujur mengungkapkan “masih ngantuk”. Momen ini tidak hanya membantu siswa untuk lebih mengenali emosi mereka, tetapi juga memberi saya pemahaman yang lebih baik tentang keadaan mereka.
Sebuah momen yang sangat mengesankan bagi saya adalah ketika narasumber membahas secara mendalam tentang pentingnya validasi emosi pada anak didik. Saya ingat betul bagaimana mereka memberikan contoh konkret tentang seorang siswa yang mungkin terlihat “bandel” atau “tidak fokus”, tetapi sebenarnya sedang bergumul dengan emosi tertentu—misalnya, frustrasi, kesepian, atau bahkan kelelahan yang tidak terucap. Hal ini membuka mata saya dan memperkuat keyakinan bahwa setiap siswa memiliki cerita dan perasaan yang layak untuk didengar.
Diklat ini telah membantu saya bertransformasi dari seorang pengajar yang berorientasi pada materi menjadi seorang fasilitator pembelajaran yang holistik. Saya kini lebih peduli pada apa yang siswa pelajari, tetapi juga bagaimana perasaan mereka saat belajar dan bagaimana mereka tumbuh sebagai individu yang utuh. Ini adalah investasi waktu yang sangat berharga bagi perkembangan profesional saya dan bagi masa depan siswa-siswa yang saya bina. Saya yakin, dengan memahami dan mengelola emosi, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan mendukung pertumbuhan siswa secara menyeluruh.
Leave a Comment